Kisah WN Inggris mualaf karena sering nongkrong dengan teman muslim

Kisah WN Inggris mualaf karena sering nongkrong dengan teman muslim

Kisah WN Inggris mualaf karena sering nongkrong dengan teman muslim
Samuel Howat. ©instagram.com/thegirlbeneatheadscarf
Hidayah bisa datang kepada siapa saja dan dalam bentuk apa pun. Hal ini juga yang dialami oleh warga negara Inggris, Samuel Howat. Sejak tahun 2010 lalu, Sam sapaan Samuel memutuskan untuk memeluk agama Islam.

Sam mengungkapkan alasan memilih Islam sebagai agamanya. Dia merasa Islam memperkuat keyakinannya kepada Tuhan dan telah memandunya menjalani hidup.

"Keyakinan yang melekat dan filosofi menyelaraskan erat dengan Islam, jadi itu adalah langkah alami bagi saya. Saya merasa Islam bisa membantu memperkuat keyakinan saya dan memandu saya menjalani hidup," kata Sam.

a Sam mengaku sudah mengetahui tentang Islam sebelum menjadi mualaf. Memiliki teman seorang muslim adalah salah satu faktor Sam memperdalam ajaran Islam hingga dirinya berhijrah menjadi seorang muslim

"Saya berteman dengan beberapa muslim dari berbagai negara-negara Afrika, dan saya datang untuk mengetahui Islam hanya dengan nongkrong dan mengobrol dengan mereka," ungkapnya.

Namun dia mengungkapkan, sebelum berteman dengan orang muslim tidak mengetahui apa pun mengenai Islam. Terlebih lagi Sam dibesarkan dari keluarga yang mayoritas beragama Kristen.

"Saya tidak benar-benar tahu apa-apa tentang hal itu (Islam). Saya dibesarkan di daerah yang sangat monoton di mana semua orang cukup banyak adalah orang kulit putih dan Kristen. Mata saya terbuka ketika saya mulai bepergian ke bagian lain dari dunia," ucap Sam.

Keputusannya pindah agama itu sangat didukung oleh keluarga besarnya yang mayoritas non muslim.

"Saya memiliki keluarga yang sangat mendukung. Mereka senang selama saya bahagia. Mereka sedikit khawatir bahwa beberapa orang mungkin tidak mengerti keputusan saya atau mungkin bereaksi negatif terhadap saya, tetapi mereka mempercayai saya dan bangga kepada saya," cerita Sam.

Sam mengaku banyak hikmah yang dia dapat setelah menjadi mualaf. Selain menemukan seorang istri, Sam mengaku lebih sabar dan percaya diri melakukan apa yang menurutnya benar.

"Terpisah dari menemukan istri saya. Saya lebih sabar, lebih terkontrol dan saya lebih percaya diri untuk melakukan apa yang saya yakini benar. Saya juga merasa saya memiliki pengetahuan jauh lebih baik dan pemahaman tentang dunia sekarang, meskipun saya masih memiliki jalan panjang," ujarnya.

Lebih lanjut dia menceritakan, tak ada diskriminasi yang dia dapatkan setelah menjadi mualaf. Akan tetapi, Sam merasa didiskriminasi ketika banyak orang menganggap keputusan menjadi mualaf hanya karena ingin menikah.

"Satu-satunya waktu saya merasa didiskriminasikan ketika orang menganggap bahwa karena saya (bule) putih, aku pasti masuk Islam hanya agar bisa menikahi istri saya. Pada kenyataannya, saya pindah agama sebelum bertemu dengannya," ucap Sam.
KOMENTAR. APA KOMENTAR ANDA?